Monday, March 14, 2011

Vitamin Itu Dibatalkan


13 Februari 1988

KULITNYA hitam legam. Kepalanya hampir botak. Tingginya dua meter kurang tiga senti. Gayanya kalau bermain penuh tipuan-tipuan manis. Dia adalah Dariell Smith, 30 tahun, seorang pemain basket asal Illinois, AS, yang sejak 1983 menjadi warga negara Filipina. Pemain terbaik di turnamen bola basket Piala Kemerdekaan 1987 di Jakarta itu, sekalipun sudah terikat kontrak dengan klub Pelita Jaya, batal tampil dalam putaran kompetisi bola basket utama (kobatama) yang dimulai sejak Minggu pekan ini di Semarang dan Surabaya. Itu semua gara-gara perubahan keputusan drastis yang diambil oleh pengurus PB Perbasi yang hanya berselang dua hari.
Kamis pekan lalu, tak kurang dari ketua umum PB Perbasi H. Harmoko sendiri yang mengumumkan diizinkannya pemain asing terlibat dalam kobatama, dalam suatu pertemuan pers di gedung KONI Pusat Senayan. Setiap klub, sesuai dengan peraturan Federasi Bola Basket Internasional (FIBA), boleh diperkuat maksimal dua pemain asing. Keputusan yang menggembirakan ini juga didukung oleh KONI Pusat. Sekjen KONI M. Sarengat ikut mendampingi Harmoko dalam menjelaskan soal pemain bayaran di kobatama. Keluarnya peraturan baru ini, seperti yang dikatakan Ketua Harmoko, "Dimaksudkan untuk memberikan rangsangan agar bobot permainan bola basket di Indonesia dapat berkembang," ujarnya. Di samping itu, "sekaligus menumbuhkan kembali gairah masyarakat agar menggandrungi dan menonton bola basket," tambah Hendry Pribadi, 40 tahun, ketua komisi kobatama PB Perbasi.
Klub-klub yang ikut kobatama - baik yang akan menggunakan pemain asing maupun tidak - menyambutnya dengan antusias. Tapi mendadak dua hari kemudian kcputusan itu berbalik. Sabtu pekan silam, di tempat yang sama, Harmoko mengubah keputusan sebelumnya. Izin pemain asing yang memperkuat klub-klub Indonesia dalam kobatama dicabut. "Ditinjau dari kriteria dan prosedur, PB Perbasi berpendapat bahwa di kobatama untuk sementara pemain asing belum diperkenankan memperkuat sebagai peserta," kata Harmoko. Pemain asing yang sudah ada untuk sementara hanya boleh sebagai pelatih dan mitra tanding. Ada apa? "Setelah PB Perbasi mempelajari dan menelaah masalahnya, ternyata terdapat hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui. Karena itulah tidak lain supaya kobatama tak mengalami masalah-malah di dalamnya," kilah Harmoko. Alasan pembatalan yang dikemukakan Harmoko memang belum jelas benar.
Semula, bila penggunaan pemain asing diizinkan, langkah PB Perbasi itu memang "sangat maju", karena hingga kini bahkan PSSI pun belum mengizinkan lagi perekrutan pemain asing. "Sampai saat ini belum ada klub-klub yang complain," kata Harmoko. Sejauh ini ada 4 pemain asing yang telanjur dikontrak klub-klub yang akan terjun di kobatama IV. Klub Pelita Jaya (Jakarta Selatan) dicukongi oleh kelompok perusahaan Bakrie Bros -- termasuk yang paling dini menyiapkan pemain asing. Sejak awal Januari lalu mereka mengontrak dua pemain dari Filipina: Smith dan Geraldo V. Ramos, 26 tahun. "Kami memang ingin jadi pionir untuk mengangkat kembali gairah akan bola basket di Indonesia, yang belakangan ini lesu," tutur Ary Arsanto Sudarsono, 36 tahun penasihat klub Pelita Jaya. "Mudah-mudahan, diizinkannya pemain asing di kobatama bisa jadi vitamin buat prestasi bola basket Indonesia," kata Ary.
Begitu pula klub Asaba (Jakarta Utara). Mereka mendatangkan dua pemain kulit hitam asal AS: Marvin Johnson, 28 tahun, 198 cm, dan Phil Apney, 28 tahun, 201 cm. Keduanya tiba di Jakarta Sabtu pekan lalu, dan dikontrak sampai berakhirnya putaran kobatama, Maret mendatang. "Kami menyediakan dana sekitar Rp 6,5 juta untuk mendatangkan dua pemain asing itu," kata Irawan Haryono, 30 tahun, salah seorang pengurus klub. Irawan kecewa atas larangan bermainnya pemain asing itu. "Meski begitu, kami harus tunduk pada peraturan tersebut," katanya.
Ketidakhadiran pemain asing itu, menurut dia, akan mengurangi kegairahan tim. Namun, ia optimistis, klubnya bisa menjadi juara, sebab semua klub toh tidak akan memakai pemain asing. Pimpinan POR Pelita Jaya, Aburizal Bakrie, tampaknya juga bisa menerima keputusan ini. Lagi pula, " 'Kan sifatnya untuk sementara. Siapa tahu, nanti diperbolehkan," katanya dengan penuh harap. Ide memakai pemain asing ini muncul setelah anjloknya prestasi tim nasional putra di SEA Games cuma menduduki peringkat 4, di bawah Filipina, Malaysia, dan Muangthai - hanya di atas Singapura dan Brunei. Padahal, dua puluh tahun yang silam, prestasi bola basket Indonesia pernah memancar terang. Regu basket putra Indonesia tampil mewakili Asia di arena Olimpiade Meksiko 1968, dan tergolong peringkat "empat besar", di bawah Korea Utara, Jepang, dan Filipina. Di Meksiko, Indonesia bahkan menggulung regu basket Australia. Itulah titik prestasi tertinggi yang pernah dicapai regu basket Indonesia. Setelah itu, prestasi putra-putra Indonesia terus melorot. Seiring dengan itu, semangat kompetisi bola basket di dalam negeri pun ikut mandek. Sejak dimulainya kobatama tujuh tahun yang silam, jumlah klub peserta yang mengikutinya mengalami pasang surut, 7 sampai 12 klub. Tentu saja semua ini lantaran sepinya penonton bola basket. Sebuah pertandingan kobatama paling banyak disaksikan oleh 1.000 penonton. Padahal, setiap klub peserta kobatama dikutip Rp 1 juta oleh pihak PB Perbasi. Di samping itu, klub juga masih harus mengeluarkan biaya transportasi dan akomodasi untuk kompetisi yang berlangsung dengan sistem home and away. Karena itu, banyak klub yang kemudian menjerit karena tekor.
Sementara itu, di negara tetangga, seperti Muangthai, Filipina, dan Malaysia, pemain asing diizinkan bermain untuk memacu roda kompetisi di sana. Langkah inilah yang ditiru - tapi kemudian diubah kembali oleh Pengurus PB Perbasi - untuk mengangkat kembali prestasi bola basket di Indonesia. "Insya Allah, tahun ini akan menjadi tahun kebangkitan prestasi," ujar Harmoko optimistis, sebelum mengubah putusan. Tidak jelas apakah optimisme itu akan tetap mengiringi kompetisi tahun ini, yang tak lagi menggunakan sistem home and away. Putaran pertama dimainkan di Semarang dan Surabaya. Sedangkan putaran terakhir akan berlangsung di Jakarta pada pertengahan Maret nanti.

No comments:

Post a Comment