Monday, March 14, 2011

Tong Pulang Kampung


13 September 1986
SATU lagi pelatih beken RRC, asal Indonesia, pulang kampung. Menyusul jejak Liong Ciu Shia, kakak Tjun Tjun, dialah Tang Shien Hu, yang bersama Hou Chia Chang pada tahun tujuh puluhan silam disebut-sebut sebagai dua raksasa bulu tangkis Cina. Dan Tang, salah satu raksasa itu, diam-diam sejak awal September ini, ternyata, ada di sini dan melatih di Pelita Jaya, Jakarta. "Saya dikontrak untuk melatih di Pelita selama tiga tahun," kata Tang ketika ditemui Rudy Novrianto dari TEMPO di markas klub Pelita Jaya di daerah Rawabuaya, Jakarta Barat, Senin malam pekan ini.
Pria kelahiran Lampung itu, yang kini berusia 44 tahun, sedang melatih beberapa pemain klub Pelita ketika dijenguk. Mengenakan celana pendek putih dan baju kaus bergaris-garis, Tang, masih tampak fit. Sudah 26 tahun meninggalkan Indonesia, bekas pemain dan pelatih andal RRC ini kelihatannya tak canggung berkumpul dengan orang-orang Pelita. Bahasa Indonesianya, kendati agak beraksen Cina masih tetap baik. Yang beda adalah nama. "Nama saya bisa ditulis macam-macam berdasarkan dialek yang ada di Cina. Bisa Tang Hsien Hu, bisa pula Tang Xienhu. Tapi, sebenarnya nama saya sejak kecil, Tong Sin Fu," ujar ayah seorang anak itu.
Lelaki bertubuh tegap dengan rambut disisir ke samping ini meninggalkan Indonesia bersama-sama rekannya Hou Chia Chang, asal Surabaya, pada 1960. Waktu itu usianya sekitar 18 tahun. "Karena ingin melanjutkan studi sambil bermain bulu tangkis di RRC," cerita Tong, ia lalu meninggalkan orang tuanya dan tiga saudaranya yang kala itu tinggal di daerah Pejompongan, Jakarta. Ia memang sudah jadi pemain waktu itu. Tapi prestasinya masih di bawah Lie Po Djian, pemain yang juga menjadi guru jauhnya. Tinggal di Beijing, Tong Sin Fu ternyata melesat karier bulu tangkisnya. Dalam waktu empat tahun saja, ia sudah menjadi juara nasional RRC. Dan gelar itu bisa dipertahankannya pada 1965. Tiga tahun berikutnya, gelar itu berpindah ke tangan temannya Hou Chia Chang, dan baru direbutnya lagi pada 1968. Dan kemudian 1975. Karena dominasi kuat kedua pemain inilah, mereka digelari raksasa Cina.
Namun, keperkasaan itu tak begitu mencuat keluar karena atlet bulu tangkis RRC memang tak dibolehkan bertanding ke luar negeri. Toh, mereka tetap disebut-sebut juara yang bersembunyi oleh pers Barat, yang agaknya bosan pada dominasi tunggal putra yang dalam periode itu terus-terusan di tangan Rudy Hartono. Baru awal 1976, setelah suasana politik di RRC berubah, dan negeri ini mulai menunjukkan minat kekuatan pemain bulu tangkis ke luar negeri, nama kedua pemain tadi didengung-dengungkan. Banyak peminat bulu tangkis waktu itu berharap kedua andalan Cina ini bisa dipertemukan dengan jagoan Indonesia, Rudy Hartono. Namun, sampai ketiga pemain ini gantung raket, niat itu tak terwujudkan.
Hanya ketika berlangsung invitasi antarpemain Asia, 1976, di Bangkok, Hou dan Tong bisa dihadapkan dengan pemain-pemain Indonesia. Dan kemudian adalah Iie Sumirat, pemain asal Bandung -- karena Rudy Hartono yang mulai memudar keperkasaannya tak diizinkan bertanding -- akhirnya membuat sensasi besar, ketika berhasil menggilas kedua raksasa RRC tersebut. Sejak itu pula bisa disebut, nama Hou dan Tong makin dikenal luas di sini. "Waktu itu, saya memang sudah tua, sudah 34 tahun," tutur Tong Sin Fu, tentang kekalahannya dari Iie.
Setelah kekalahan itu katanya, ia kemudian mengundurkan diri sebagai pemain dan meneruskan kariernya sebagai pelatih. Diminta melatih pemain putri, Tong Sin Fu, berhasil. Dia tercatat sebagai pelatih yang memoles hingga jadi, Li Lingwei dan juga Han Aiping, dua pemain andal putri RRC saat ini. "Dia pelatih bagus terutama dalam teknik," tukas Liong Ciu Shia, yang sejak Oktober 1984 bermukim kembali di Jakarta. Kakak Tjun Tjun ini terus terang gembira mendengar sudah tibanya Tong Sin Fu di Jakarta. "Bagus, deh, pokoknya kalau bisa tarik dia," katanya. Cuma, kendati diakui keterampilannya, nasib Tong Sin Fu di RRC tak sebagus umpamanya, Wan Wenjiao, Chen Fushou, dan Hou yang kini sudah diangkat jadi anggota DPR. "Kehidupan mereka lebih enak dari saya," ujar Tong Sin Fu.
Ia tak merinci lebih jelas beda fasilitas yang diperolehnya dengan ketiga temannya itu. Namun, bisa diduga, perbedaan nasib itulah yang kemudian membuat dia uring-uringan. Dan tak jelas bagaimana caranya, pada 1979 dia bisa diizinkan melatih selama dua tahun di Macao. Tapi, 1981, ia dipanggil lagi oleh Persatuan Bulu Tangkis Cina, dan diminta melatih tim putri RRC. Tugas ini hanya empat tahun dilaksanakannya. Setelah itu, akhir 1985, ia -- juga tak jelas bagaimana caranya -- pindah ke Macao. Sejak itu, mulai terdengar kabar burung ia membelot dan ingin melatih di luar RRC. "Rencana saya mula-mula memang mau melatih di Kanada," cerita Tong Sin Fu.
Tapi, dua minggu sebelum teken kontrak, seorang teman lamanya, Budiman, yang kini juga ikut mengurus klub Pelita Jaya, meneleponnya dan menawarkan kans melatih. Klub milik Aburizal Bakrie ini memang sudah sekitar tiga bulan mendengar rencana Tong Sin Fu itu. Itulah sebabnya, setelah Budiman berhasil mengontak Tong Sin Fu, Eddy Yusuf, Wakil Ketua Umum PB Pelita Jaya, yang juga mengenal Tong kemudian segera diutus menemui pelatih itu di Hong Kong. Di sinilah, ketika Eddy yang mengikuti rombongan tim Indonesia ke kejuaraan Hong Kong Terbuka, semua pembicaraan, termasuk kontrak sebesar 750 dolar AS sebulan, dilakukan.
"Keahliannya perlu kita manfaatkan," ujar Eddy Yusuf. Ia menambahkan, Tong tak hanya bisa melatih pemain, tapi bisa dimanfaatkan para pelatih di sini untuk teman diskusi. "Dan Pelita Jaya terbuka untuk itu," tambahnya lagi. Ternyata, tak begitu sulit mengusahakan kedatangan Tong ke mari. "Soalnya, dia itu kini warga negara Macao," kata Aburizal Bakrie, bos Pelita, yang mengatur proses kedatangan Tong. Ketua Bidang Dana PBSI ini mengaku sebelumnya memang sudah melaporkan rencana itu kepada Ketua Umum PBSI Try Sutrisno. "Jalan apa pun yang diambil asal untuk kemajuan bulu tangkis Indonesia, akan saya dukung," ucap Try seperti yang dikutip Aburizal Bakrie, ketika diminta pertimbangan soal Tong tadi. "Rencana PB Pelita Jaya mendatangkan Tong Sin Fu, memang sudah kita setujui. Yang penting bisa meningkatkan prestasi," kata P. Soemarsono, Sekjen merangkap Ketua Harian PBSI.
Memang, untuk sementara Tong Sin Fu yang meninggalkan seorang istri dan seorang anak di RRC itu belum akan jadi warga negara Indonesia, kendati ia tetap berminat. Minat itu, katanya, "karena semua keluarga saya ada di sini." Marah Sakti, Laporan Biro Jakarta

No comments:

Post a Comment