Thursday, March 10, 2011

Pelita Dari Bakrie


12 April 1986

EKONOMI sedang sulit. Tapi itu rupanya bukan penghalang bagi keluarga usahawan yang bernaung di grup PT Bakrie Bersaudara untuk terus meningkatkan aktivitas mereka dalam kegiatan olah raga. Dalam tiga tahun terakhir ini, lewat Abu Rizal Bakrie - anak sulung H. Achmad Bakrie pemilik grup perusahaan itu - mereka aktif di bulu tangkis dengan mendirikan klub Pelita Jaya, awal tahun ini ekspansi diteruskan Nirwan Dermawan Bakrie, anak ketiga, dengan mendirikan klub sepak bola (galatama).

Memilih nama yang sama dengan klub bulu tangkis, Pelita Jaya, klub yang dibentuk Iwan, nama sehari-hari Nirwan, sudah terdaftar sebagai anggota kesembilan liga utama PSSI. Dan pekan depan, klub yang dimanajeri Rahim Soekasah, 33, dan dilatih pelatih nasional Bertje Matulapelwa, 44, itu sudah akan ikut bertarung dalam kejuaraan Piala Liga II. Masuknya Pelita setidak-tidaknya bakal menghangatkan persaingan di liga sepak bola semiprofesional yang kini tinggal beranggota 9 klub saja lagi - dari pernah 18 klub ketika liga ini berdiri. Maklum, meskipun baru tiga bulan berdiri, klub baru yang bermarkas di Jalan Konci, Rawamangun, Jakarta Timur, ini telah memperlihatkan keandalan mereka: sudah melakukan 13 kali uji coba dengan pelbagai klub amatir dan galatama dengan hasil tak terkalahkan. Malah, di pertandingan terakhir, dua pekan lalu, klub berkostum biru-biru ini secara meyakinkan mengalahkan Tunas Inti, klub Galatama yang diasuh bekas pelatih tim Pra-Piala Dunia PSSI, Sinyo Aliandoe, 2-0.

Hasil itu agaknya pantas. Sebab, sebagai klub, Pelita sebenarnya hanya nama saja yang baru. Sebagian besar unsur di dalamnya, dari mulai manajer - Rahim Soekasah, misalnya, pernah memanajeri UMS 80 selama 5 tahun - hingga pelatih dan 18 pemain yang sudah mereka rekrut, merupakan wajah-wajah lama. Bahkan beberapa pemain yang sudah punya nama memang sengaja ditarik dari pelbagai klub yang ada sekarang. Misalnya, Elly Idris, Bambang Nurdiansyah, Mundari Karya, dan Haryanto (kiper) yang diambil dari klub Krama Yudha Galatama. Untuk itu, Iwan, 34, memang sudah siap. Antara lain, sebuah rumah disiapkan pula untuk markas mereka di Jalan Konci, lengkap dengan sebuah mobil baru Toyota Hiace untuk transpor dari markas ke tempat latihan. Selain fasilitas itu, kesejahteraan pemain juga dicukupi.

Rata-rata mereka bergaji Rp 200.000 hingga Rp 400.000. Malah, beberapa pemain, seperti Bambang Nurdiansyah, pencetak gol terbanyak dalam kompetisi Galatama tahun lalu, selain gajinya, masih dapat Rp 1 juta setahun sebagai kontrak. Di luar itu ada bonus Rp 50.000 buat setiap pemain jika klub menang di suatu pertandingan resmi. DENGAN itu semua, tak heran, kalau hampir semua pemain yang masuk klub ini menyatakan rasa puas mereka ketika ditanya soal kesejahteraan. "Pokoknya, saya tak perlu mikir soal dapur," tukas Bertje, sambil tertawa cerah. Ia mengatakan bersama anak buahnya "sudah ditargetkan bos agar minimal masuk tiga besar" dalam kejuaraan Piala Liga II.

Masih mengincar beberapa pemain tenar lain, seperti Nasir Salassa, Robby Maruanaya, Tonny Tanamal - dua pemain terakhir ini tampak menonjol ketika memperkuat Persija di 12 besar Perserikatan PSSI Pelita, tak ayal, telah siap untuk menjadi sebuah klub elite baru di Galatama. Sudah mencanangkan akan menghabiskan sekitar Rp 300 juta setiap tahun buat klub barunya, Iwan terus terang menyatakan belum memikirkan soal untung-rugi. "Kami hanya ikut membantu pembinaan," kata lulusan Universitas California Selatan ini kepada Rudy Novrianto dari TEMPO.

Memang, mengharap untung di kegiatan Galatama sekarang ini, merupakan sesuatu yang mustahil. Bahkan, bisa makan hati, kalau para pemilik klub nantinya harus berhadapan dengan kenyataan pahit, pemain mereka disuap oleh para penjudi yang belum terbasmi tuntas di sekitar liga semi profesional itu. Siapkah Iwan menerima itu nanti? "Kalau kita memberi kesejahteraan yang cukup buat para pemain, rasanya, suap bisa dicegah," katanya yakin. MS, Laporan Biro Jakarta

Sumber: Majalah Tempo

No comments:

Post a Comment