Saturday, March 12, 2011

Menerima Helikopter NBO-105


14 April 1990

PENGUSAHA Aburizal Bakrie sudah lama jatuh cinta. Kali ini kepada pesawat. "Saya menangis saat melihat penerbangan perdana Tetuko beberapa tahun lalu. Saya bangga orang Indonesia sudah bisa membuat pesawat," kata Ical, begitu Aburizal biasa dipanggil. Orang pertama Bakrie Brothers dengan 39 anak perusahaan ini lalu menggaet yang dicintainya. Bukan Tetuko, tapi helikopter NBO-105 -- yang jelas sama-sama produksi IPTN Bandung. Heli itu diterimanya langsung dari Dirut IPTN B.J. Habibie di Halim Perdanakusuma Jakarta, Jumat pekan lalu Heli canggih itu harganya pun canggih: US$ 1.9 juta atau hampir Rp 3,5 milyar.
Mendengar harga itu, Tanri Abeng, Direktur Pengelola Bakrie Group yang "harganya" baru Rp 1 milyar, nyeletuk: "Barang sekecil ini kok mahal sekali." Dengan kalem, Ical menjawab, "Berlian juga barangnya kecil tapi mahal." Dan jawaban Habibie, "Yang bikin barang itu mahal adalah teknologinya." Pesawat yang punya dua mesin ini bisa melesat 242 km per jam, dan dapat menempuh 570 km tanpa perlu mengisi bahan bakar lagi. Ini penting untuk proyek-proyek Bakrie yang kebanyakan berada di daratan Sumatera. "Nanti kalau ada uang, kita beli satu lagi, satu ditaruh di Sumatera, satu di Jakarta," ujar Ical, sembari mencoba duduk di "cockpit" heli barunya. Tentu saja, Ical bisa aman terbang ke Lebakbulus atau Sawangan -- meninjau proyek olahraganya -- sementara di darat jalanan lagi macet. 

No comments:

Post a Comment