Sunday, March 13, 2011

Jurus Bakrie ke Pasar Dunia


17 Juli 1993

BANYAK jalan menuju pasar dunia. Dan terobosan yang dilakukan oleh Bakrie Sumatra Plantations (BSP) diperhitungkan akan membuka peluang untuk menguasai pasaran internasional. Prakiraan ini muncul setelah BSP mengakuisisi Lewis & Peat's (L&P), akhir Mei lalu. L&P adalah sebuah perusahaan perdagangan internasional untuk komoditi primer (antara lain karet) yang menguasai jaringan perdagangan dunia. Tak heran bila akuisisi itu terjadi di tiga kota dunia yang terbilang strategis. Untuk dua kota (Singapura dan New York), BSP mengoper seluruhnya (100%). Sedangkan yang di London, BSP mengambil alih saham L&P sebesar 99% (senilai US$ 6,77 juta). Secara total, nilai akuisisi itu mencapai US$ 11,82 juta, atau Rp 24 miliar lebih.

Menurut Direktur Utama BSP, Abu Hanif Bakrie, akuisisi atas L&P memang dimaksudkan, ''Untuk merebut pangsa pasar (ekspor) karet yang lebih besar lagi.'' Dengan begitu, langkah yang dilakukan BSP tidak semata karena kondisi L&P yang belakangan ini konon sedang merosot. L&P adalah pemasar terbesar ketiga di dunia dua terbesar lainnya adalah Andrew Weir dan E.P. Lambert. Berdasarkan catatan yang paling aktual, hingga kini L&P memperdagangkan 200 ribu ton karet. Dari pangsa sebesar itu, BSP hanya memasok tak lebih dari 24 ribu ton. Padahal, produksi total karet Indonesia rata-rata mencapai 1,2 juta ton setahun. Diharapkan, berkat akuisisi, karet Indonesia berpeluang lebih mampu bersaing menghadapi dua eksportir karet terbesar, yakni Malaysia dan Thailand.

Ini bukan mengada-ada. BSP punya produk unggulan, yakni karet dengan kadar protein rendah, yang biasa disebut cream latex. ''Karet ini hanya diproduksi oleh BSP,'' ujar Bakrie. Cream latex dianggap unggul karena tidak menimbulkan iritasi ataupun alergi bagi mereka yang mengonsumsinya dalam bentuk barang jadi seperti sarung tangan atau kondom. FDA (Food and Drug Association), asosiasi yang bergerak dalam bidang pengawasan makanan dan obat di Amerika, kabarnya sedang memilah-milah produk karet mana yang tergolong ''tidak layak dikonsumsi'' karena merupakan biang gatal-gatal itu. Kalau benar, peluang cream latex BSP untuk merebut pasaran karet dunia akan lebih besar. Masalahnya, seberapa besar langkah BSP itu akan mampu mendongkrak volume ekspor karet kita? Entahlah. Paling tidak, ''Dengan memiliki seluruh saham L&P, kita bisa lebih mampu mengontrol target pemasarannya di luar negeri,'' kata Bakrie.

Serentak dengan itu, barangkali ekspor kelapa sawit dari BSP juga diharapkan bisa didongkrak. Apalagi 5-7 tahun lagi, prospek pasar kelapa sawit dunia, kata Bakrie, akan meledak. Seperti diketahui, BSP adalah anak perusahaan Bakrie Brothers. Sejak akhir 1989, perusahaan yang memiliki tak kurang dari 70 ribu hektare kebun karet dan kelapa sawit di Sumatera Utara dan Jambi ini melepas 30% sahamnya, senilai hampir Rp 13 miliar, ke pasar modal. Sejak saat itu pula, omset penjualan BSP menanjak, mencapai Rp 34,5 miliar. Namun, kenaikan omset tak sebanding dengan laba bersihnya yang hanya Rp 11,8 miliar, turun hampir 3% dibandingkan dengan masa sebelumnya. Apakah laba akan naik setelah BSP membeli seluruh saham L&P? Belum tentu. Masalahnya, lebih dari 80% biaya yang dikeluarkan untuk ekspansi itu diperoleh BSP dari mengutang. Moebanoe Moera dan Bina Bektiati


No comments:

Post a Comment