Monday, March 14, 2011

Dendam Telah Terbalas


30 Juli 1988
SENYUM bertebaran. Ketawa lepas berserakan. Kubu Indonesia memang layak bergembira Minggu malam pekan silam. Bukankah berhasil merebut tiga gelar dalam turnamen bulu tangkis Pelita Jaya Indonesia Terbuka, suatu prestasi yang bisa dibanggakan? Apalagi di sejumlah turnamen yang diikuti pcmain Indonesia belakangan ini hampir selalu berakhir dengan cerita kekalahan. Kekalahan yang paling menyesakkan terjadi di arena Piala Thomas dan Uber yang berlangsung di Kuala Lumpur, Juni lalu. Tapi kali ini Icuk Sugiarto berjaya. Ia merebut partai paling bergengsi: tunggal putra, setelah di final menang mudah atas Lius Pongoh.
 Sebetulnya partai puncak -- real final -- sudah berlangsung pada Sabtu malam pekan lalu. Icuk membungkam andalan Cina, Zhao Jian Hua, di babak semifinal yang berlangsung seru. Padahal, di set pertama Icuk sempat ketinggalan 11-14. Tapi pemuda berkulit hitam legam asal Solo Itu mampu menyusul ketinggalannya dan berbalik menang 17-14. Di set kedua, Zhao sama sekali tak berkutik dengan tempo permainan rally yang dikembangkan lawannya. Icuk akhirnya menang dengan mudah, 15-3. Ini adalah prestasi Icuk yang ketiga menjadi juara Indonesia Terbuka. Sebelumnya ia pernah mendapat predikat yang sama pada 1982 dan 1986. Di samping itu, ini juga merupakan gelarnya yang ketiga sepanjang tahun ini, setelah juara Taipei Terbuka dan Prancis Terbuka.
Yang juga membanggakan adalah kemenangan pasangan Verawaty/Yanti Kusmiati di nomor ganda putri. Pasangan yang mendapat julukan "Si mini dan si maksi" itu (Vera mempunyai tinggi badan 178 cm dan Yanti 146 cm) ternyata mampu menggilas runner up All England 1988 Chung Myung Hee/Hwang Hye Young dari Kor-Sel dengan tiga set, 15-6, 6-15, 15-8. Satu lagi gelar juara diperoleh pemain Indonesia di nomor ganda campuran. Pasangan Eddy Hartono/Erma Sulistianingsih berjaya setelah mengalahkan Verawaty/Bobby Ertanto. Padahal, di nomor ini, jarang ada pemain Indonesia yang bisa berprestasi. Soalnya, selama ini ganda campuran dianggap kurang bergengsi.
Rupanya, PBSI sudah berancang-ancang menghadapi turnamen kejuaraan dunia beregu dengan format baru yang memperebutkan Piala Sudirman yang dijadwalkan tahun depan di Jakarta -- bersamaan dengan berlangsungnya kejuaraan dunia perorangan. Dalam kejuaraan beregu itu nantinya akan dipertandingkan lima nomor, yaitu dua tunggal dan ganda putra/putri serta satu ganda campuran. Turnamen ini juga sekaligus dijadikan arena balas dendam kubu Indonesia. Pasangan tangguh Malaysia Ong Beng Teong/ Cheah Soon Kit dapat dikalahkan ganda tak terkenal Joko Mardianto/Aryono. Padahal, Ong dan Cheah sempat menjadi penentu kemenangan Malaysia atas Indonesia di semifinal Piala Thomas -- dengan mengalahkan Bobby Ertanto/Liem Swie King. Penonton juga puas melihat kemenangan Richard Mainaky atas pahlawan Piala Thomas Malaysia, Rashid Sidek, di babak pertama.
Tapi balas dendam ini tak sepenuhnya kesampaian. Ganda terkuat dari negeri serumpun itu, Razif Sidek/Jalani Sidek, ternyata masih terlalu ampuh buat Eddy Hartono/Gunawan. Sidek bersaudara itu mengalahkan pasangan Indonesia di semifinal dengan skor ketat, 12-15, 15-12, 15-12. Malah ganda Malaysia itu akhirnya keluar sebagai juara setelah di final menumbangkan ganda Cina Chen Kang/Chen Hong Yong. Satu gelar lainnya, tunggal putri, seperti biasanya masih didominasi pemain Cina. Li Ling-wei menaklukkan jago Kor-Sel Chung Myung-Hee dalam final yang berlangsung cepat dengan skor, 15-6, 15-5. Rupanya, uluran sponsor Bakrie Brothers -- perusahaan yang dipimpin Aburizal Bakrie -- yang menyediakan hadiah total US$ 135.000, dan mengangkat gengsi turnamen ini menjadi yang paling mahal di antara rangkaian grand prix, tidak sepenuhnya sia-sia. Paling tidak porsi terbesar hadiah jatuh ke tangan pemain Indonesia. Ahmed K. Soeriawidjaja

No comments:

Post a Comment